Wednesday, 03 July 2024

Agar Kerugian Negara tak Makin Besar, Fraksi PKS Desak Retransformasi BUMN Farmasi

Agar Kerugian Negara tak Makin Besar, Fraksi PKS Desak Retransformasi BUMN Farmasi


Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PKS Amin Ak mendesak agar holding perusahaan BUMN dapat ditransformasikan ulang, guna menghindari makin beratnya beban yang harus dipikul negara di masa depan.

“Saya mendesak dilakukan retransformasi BUMN-BUMN farmasi agar masing-masing, bisa memiliki core bisnis yang cocok dan tepat dengan masing-masing kemampuan perusahaan,” tegas Amin kepada Inilah.com saat dihubungi di Jakarta, Jumat (21/6/2024).

Ia menjelaskan, agar mampu bersaing, perusahaan-perusahaan BUMN Farmasi wajib melakukan penataan strategis dengan mengedepankan sinergisitas antar perusahaan dan stakeholders terkait, serta meningkatkan efisiensi dan kinerja perusahaan.

“Kami juga mendesak pemerintah agar mewajibkan kandungan TKDN (tingkat komponen dalam negeri) tinggi bagi produk yang akan masuk ke dalam e-katalog, agar semua bisa bersaing secara adil. Harus ada prinsip fairness, apalagi konsumen utama obat dan alkes adalah lembaga pemerintah (seperti Rumah Sakit, BPJS Kesehatan, dan lainnya),” ucap dia.

Oleh karena itu, ia mendorong adanya evaluasi secara menyeluruh pada holding BUMN farmasi, yang terdiri dari tiga perusahaan BUMN.

“Komisi VI DPR RI mendukung evaluasi menyeluruh atas BUMN Farmasi dan berharap sektor farmasi bisa menjadi andalan Indonesia. Oleh karena itu, jajaran manajemen harus diisi oleh orang-orang yang kompeten dan memiliki integritas moral,” tuturnya.

“Selain itu, mereka yang terbukti korupsi atau melakukan fraud, harus dihukum dan diwajibkan mengganti kerugian negara,” ucap dia menambahkan.

Sebelumnya, Holding BUMN Farmasi, PT Bio Farma (Persero) melaporkan kinerja keuangan konsolidasian yang mengalami tekanan akibat kerugian yang dialami anak usahanya PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) dan PT Indofarma Tbk. (INAF) sehingga menyebabkan beban pada pendapatan perseroan.

Direktur Utama Bio Farma Shadiq Akasya mengatakan, penurunan pendapatan sepanjang 2023 juga disebabkan kondisi normalisasi pendapatan pascaCOVID 2019-2023.

Baca Juga:  Utang Pemerintah Capai Rp8.262 Triliun, Anggota Komisi XI DPR: Hentikan Proyek Mercusuar!

“Pertama, pendapatan menurun dari Rp21,2 triliun tahun 2022 menjadi Rp15,2 triliun. Hal ini merupakan pencapaian RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) sebesar 80,5 persen dan terjadi penurunan 28 persen,” kata Shadiq dalam RDP Komisi VI DPR RI dengan BUMN Farmasi, Rabu (19/6/2024).

Shadiq menyebut, komposisi pendapatan Bio Farma pada tahun lalu dikontribusikan oleh pendapatan Kimia Farma sebesar Rp9,9 triliun, Bio Farma Operation senilai Rp5 triliun, dan Indofarma Rp524 miliar.

Lebih terperinci, dia membeberkan rugi bersih konsolidasi pada 2023 (unaudited) mencapai sebesar Rp2,16 triliun, sementara tahun sebelumnya tercatat profit Rp490 miliar. Kerugian Bio Farma disebabkan besaran kerugian KAEF senilai Rp1,8 triliun dan INAF sebesar Rp605 miliar.

Di sisi lain, EBITDA perseroan mengalami penurunan dari 2022 sebesar Rp1,9 triliun menjadi negatif Rp621 miliar tahun 2023. Kondisi ini disebabkan penurunan penjualan dan penyisihan persediaan produk-produk yang memasuki masa expired date.