Wednesday, 09 July 2025

Banjir Dahsyat Terjang Lembah Himalaya, 2 Negara Langsung Terdampak

Banjir Dahsyat Terjang Lembah Himalaya, 2 Negara Langsung Terdampak


Banjir bandang dahsyat menerjang lembah pegunungan Himalaya di perbatasan China dan Nepal pada Selasa (8/7/2025). Bencana yang dipicu hujan lebat ini menewaskan setidaknya satu orang dan menyebabkan 28 orang lainnya hilang.

Otoritas kedua negara kini tengah mengerahkan tim besar untuk melakukan pencarian intensif di tengah puing-puing dan arus deras Sungai Bhotekoshi yang meluap.

AFP melaporkan, gelombang air besar tak hanya menghancurkan permukiman dan berbagai infrastruktur, tetapi juga menghanyutkan salah satu jembatan utama di atas Sungai Bhotekoshi. Jembatan ini merupakan jalur penting yang menghubungkan China dan Nepal, sehingga putusnya jembatan tersebut sangat memengaruhi konektivitas lintas batas kedua negara.

Menurut National Disaster Risk Reduction and Management Authority (NDRRMA) Nepal, satu warga telah dipastikan meninggal dunia akibat terjangan banjir. Sementara itu, 17 orang lainnya masih dinyatakan hilang di sisi Nepal.

Dari jumlah tersebut, 11 adalah warga Nepal dan enam lainnya merupakan warga negara China yang kebetulan berada di wilayah Nepal saat kejadian.

Baca Juga:  Kemenkum Sebut Pembayaran Royalti Tanggung Jawab Penyelenggara Acara Bukan Penyanyi

Di sisi lain, lembaga penyiaran milik negara China, CCTV, melaporkan bahwa bencana tanah longsor dan banjir bandang juga melanda sisi China sekitar waktu fajar. Akibatnya, 11 orang dilaporkan hilang. Enam di antaranya adalah pekerja konstruksi asal China yang sebelumnya juga masuk daftar orang hilang di sisi Nepal.

Musim Hujan Makin Mengkhawatirkan akibat Perubahan Iklim

Musim hujan (monsun) yang berlangsung dari Juni hingga September memang kerap membawa bencana banjir dan tanah longsor di wilayah Asia Selatan. Namun, para ahli menyebutkan bahwa intensitas dan dampak bencana kini semakin parah akibat perubahan iklim global.

Badan Meteorologi Dunia (WMO) di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebelumnya telah mengeluarkan peringatan keras. Mereka menyebutkan bahwa banjir besar dan kekeringan ekstrem adalah ‘sinyal bahaya’ dari siklus air bumi yang semakin tidak menentu.

Baca Juga:  Berstatus Awas, Aktivitas Gunung Lewotobi Laki-Laki Terus Naik: Dalam Sehari Sudah Tujuh Kali Erupsi

“Banjir dan kekeringan yang makin intens adalah sinyal kepedihan dari apa yang akan terjadi ke depan. Perubahan iklim telah membuat siklus air global menjadi jauh lebih tidak bisa diprediksi,” sebut pernyataan resmi WMO.

Pusat Internasional untuk Pengembangan Terpadu Pegunungan (ICIMOD) yang berbasis di Kathmandu juga telah memberikan peringatan sejak Juni lalu. Mereka menegaskan bahwa risiko bencana di kawasan Himalaya meningkat drastis selama musim hujan tahun ini.

“Peningkatan suhu dan curah hujan ekstrem memperbesar kemungkinan terjadinya bencana berbasis air seperti banjir, tanah longsor, dan aliran puing (debris flows),” demikian pernyataan ICIMOD.

Wilayah Himalaya, yang menjadi rumah bagi jutaan orang dan merupakan sumber air bagi jutaan lainnya di Asia, kini berada dalam tekanan besar. Krisis iklim memperparah siklus muson dan menjadi tantangan serius bagi sistem mitigasi bencana konvensional yang ada.