Fenomena anak dibawah umur yang dipekerjakan oleh orang tuanya marak terjadi di Gorontalo. Mereka bekerja dengan modus mengais rezeki seperti sebagai penjual kripik maupun menjadi pengamen di tiap – tiap perempatan traffic light di Kota Gorontalo.
Kenyataan ini tentu sangat memprihatinkan. sebab tanpa pendidikan layak, anak-anak akan sulit memutus mata rantai kemiskinan di masa depan.
Selain itu, tentu mereka juga sangat dirugikan. Sebab mereka dijadikan sebagai korban eksploitasi SDM.
Menyikapi hal ini, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Provinsi Gorontalo melalui Staf Pelaksana, Muraji Bereki mengimbau orang tua harus secara konsisten menempatkan anak – anaknya untuk lebih mengedepankan pendidikan.
“Anak mempunyai hak untuk mendapat pendidikan layak. Memang tidak salah ketika orang tua mengajarkan kemandirian pada anaknya. Tapi yang perlu diingat, mandiri disini bukan berarti anak yang notabene berusia sekolah, malah dipaksa mencari nafkah. Ini yang salah,” tegasnya.
Lanjut Muraji, orang tua memiliki peranan penting. Mereka sebagai tonggak utama dalam membentuk karakter sang anak. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan kata dia, terbukti memberikan banyak dampak positif bagi anak.
“Jadi tak hanya peran dari orang tua saja dibutuhkan disini. Peran guru, lingkungan sekitar dan semua pihak juga sangat berpengaruh dalam pendidikan anak. Untuk itu, kenali mereka yang berusia dibawah 17 tahun dengan pendidikan yang layak,” tandasnya.