Ambruknya nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS (US$), semakin sulit dibendung pasca keputusan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan (BI-rate). Wah gawat.
Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova memprediksikan, rupiah sulit menguat lagi dibanding mata uang Asia lainnya, karena penurunan BI-rate. “Rupiah sulit menguat lebih tinggi lagi dibanding mata uang Asia lainnya karena penurunan bunga acuan BI kemarin,” kata Rully, Jakarta, Jumat (17/1/2025).
Mengingatkan saja, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Januari 2025 yang digelar Selasa (14/1/2025) dan Rabu (15/1/2025), memutuskan untuk menurunkan BI rate sebesar 25 basis points (bps), menjadi 5,75 persen.
Sedangkan untuk suku bunga deposit facility, turun 25 bps menjadi 5 persen. Demikian pula suku bunga lending facility turun 25 bps, menjadi 6,5 persen.
Sejatinya, kata Rully, keputusan untuk menurunkan BI rate saat ini, belum tepat. Karena para pemilik modal besar akan terus mencari suku bunga tinggi.
“Risiko ketidakpastian global masih belum mereda baik di pasar keuangan maupun geopolitik, sehingga pelaku pasar butuh suku bunga yang lebih tinggi yang lebih lama,” ungkap Rully.
Di sisi lain, indeks dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan menjadi 108,6 dan yield obligasi AS turun menjadi 4,61 persen.
Menurut Rully, bank sentral AS yakni Federal Reserve (The Fed) memberikan pernyataan dovish yang berefek terhadap kurs rupiah.
“The Fed tidak menghilangkan peluang penurunan suku bunga di paruh pertama tahun ini, bahkan di meeting Maret jika inflasi terus membaik,” kata dia.
Kurs rupiah terhadap US$ yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada penutupan perdagangan hari ini, melemah 4 poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.380/US$. Sehari sebelumnya senilai Rp16.376/US$. Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI justru menguat ke level Rp16.373/US$ dari sebelumnya Rp16.378/US$.