Wednesday, 03 July 2024

Mengapa Arif Bisa Membunuh Rini Padahal Baru Saja Berhubungan Seks? Ini Penjelasan Reza Indragiri Amriel

Mengapa Arif Bisa Membunuh Rini Padahal Baru Saja Berhubungan Seks? Ini Penjelasan Reza Indragiri Amriel


Banyak pembaca kasus pembunuhan yang terjadi di Bekasi, dengan penemuan korban teronggok dalam koper, tersembunyi di semak-semak kawasan Cikarang Barat, tidak habis pikir. Bagaimana bisa Ahmad Arif Ridwan Nuwloh (AARN, 29 tahun) membunuh pasangan selingkuhnya, Rini (RM, 50 tahun), setelah bekerja sama dalam hubungan intim? Kok bisa, ya? Sesaat lalu beradu syahwat, semenit kemudian berbuat jahat.

Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, punya penjelasan atas perilaku paradoks tersebut. 

Hubungan seks, kata Reza, selama ini diidentikkan dengan kesenangan. Hubungan seks bisa membuat perasaan menyala. Itu akibat hormon serotonin dan dopamine yang bergelora di titik puncak hubungan.

Tetapi, menurut Reza, hanya dalam hitungan detik setelah orgasme, kedua hormon tadi langsung terjun bebas. Mirip orang yang kadar gula darahnya secara tiba-tiba menurun drastis. Akibatnya, mereka yang sesaat sebelumnya asyik ngeseks bisa saja sekonyong-konyong kemudian langsung mengalami rusaknya mood. Kondisi seperti itu diistilahkan sebagai postcoital dysphoria alias kekacauan suasana hati pascahubungan badan.

Bayangkan, di saat seseorang tengah dilanda postcoital dysphoria, mitra seks malah bicara hal-hal negatif. Minta uang lebih, mengaku sekedar fake orgasm, menghina tubuh pasangan, atau mengungkit cerita-cerita yang tak menyenangkan lainnya. Pada saat itu, tema biasa bisa dianggap menyinggung luar biasa. Sehingga, meledaklah postcoital dysphoria ke dalam perilaku kekerasan.

Jadi, menurut Reza, benarlah yang sering dikatakan guru-guru, atau juga para ustad yang berpikiran maju: bagi pasutri, after sex sama pentingnya dengan foreplay. Jaga mulut, jaga mood, satu sama lain, pra dan pascaseks. [  ]