Wednesday, 09 July 2025

Negosiasi Tarif Resiprokal, Menko Airlangga: RI Setuju Impor Minyak, LPG dan Jagung dari AS

Negosiasi Tarif Resiprokal, Menko Airlangga: RI Setuju Impor Minyak, LPG dan Jagung dari AS

Iwan Medium.jpeg

Rabu, 9 Juli 2025 – 13:12 WIB

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Jakarta, Rabu (5/3/2025) (Foto: ANTARA/HO-Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian).

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Jakarta, Rabu (5/3/2025) (Foto: ANTARA/HO-Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian).

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com

+ Gabung

Presiden Prabowo Subianto telah mengutus Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto melakukan negosiasi lanjutan, terkait keputusan tarif resiprokal 32 persen. Bagaimana hasilnya?

Menko Airlangga mengatakan, PT Pertamina (Persero) telah meneken nota kesepahaman terkait impor minyak mentah (crude oil) dari Amerika Serikat (AS).
Dalam dokumen kerja sama atau Memorandum of Understanding (MoU) itu, Pertamina siap memborong LPG, bensin dan minyak mentah dari AS.

Selain itu, kata Menko Airlangga, FKS Group dan PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk telah menandatangani perjanjian pembelian jagung dari Cargill.

Asal tahu saja, PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk, merupakan perusahaan manufaktur kimia asal Indonesia yang didirikan pada 1983, dan mulai beroperasi komersial pada 1987.

Sorini memproduksi tepung Starch dan pemanis Starch Sweeteners termasuk Sorbitol Syrup dan Sorbitol Powder, Maltitol, Dextrose Monohydrate, Maltose Syrup, dan Maltodextrine.

Mengingatkan saja, Menko Airlangga langsung terbang ke Washington DC, pada Selasa (8/7/2025) guna menjalankan instruksi Presiden Prabowo untuk melobi aturan tarif resiprokan yang angkanya cukup tinggi itu.

Baca Juga:  Ada Pemadanan dan Validasi Data, Kemnaker Akui Pencairan BSU Agak Telat

“Menko Airlangga dijadwalkan akan mengadakan pertemuan dengan perwakilan Pemerintah AS untuk mendiskusikan segera keputusan tarif Presiden AS Donald Trump untuk Indonesia yang baru saja keluar,” ujar Juru Bicara Kemenko Perekonomian, Haryo Limanseto, Selasa (8/7/2025).

Dia menjelaskan, pemerintah Indonesia masih melihat adanya peluang untuk merespons keputusan tarif tersebut sebelum diberlakukan secara efektif pada 1 Agustus 2025.

Keputusan ‘Presiden Trump mematok tarif timbal balik atau resiprokal 32 persen, membuat pelaku usaha sektor sawit, harus kehilangan omzet hingga 20 persen.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Hadi Sugeng, menjelaskan, jika tarif masuk 32 persen diberlakukan pemerintah AS mulai hari ini, maka, pengiriman minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) dari Indonesia ke AS, bakal anjlok 15 persen hingga 20 persen.

“Daya saing minyak sawit akan menurun terhadap minyak nabati lain seperti minyak kedelai dan minyak lobak, terutama jika negara pengekspor minyak nabati ini menerima tarif yang lebih rendah,” kata Hadi.

Baca Juga:  Jangan Hanya Raja Ampat, Greenpeace Desak Pemerintah Cabut Seluruh IUP di Pulau Kecil

Secara keseluruhan, lanjut Hadi, Indonesia mengekspor 29,5 juta ton produk minyak sawit pada 2024. Ekspor ke AS rata-rata 2,25 juta metrik ton per tahun selama tiga tahun terakhir.

Saat ini, Indonesia dan Malaysia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia. Akan tetapi, Indonesia merupakan pemasok terbesar ke AS, menyumbang 85 persen dari total impornya tahun lalu.

Beda nasib dengan Malaysia yang dikenakan tarif resiprokal AS yang lebih rendah yakni 25 persen. Hal ini memberikan keuntungan berlipat, karena daya saing produk sawit negeri jiran itu, semakin kuat.

Menteri perkebunan dan komoditas Malaysia, Johari Abdul Ghani mengatakan, importir AS harus menanggung biaya tarif tambahan atas minyak sawit.

Dia mengatakan tidak ada alternatif untuk minyak sawit di AS karena kedelai tidak dapat diubah menjadi oleokimia, produk berbasis tanaman yang digunakan dalam pasta gigi dan deterjen.

“Menurut saya ini bukan persaingan. Kalau mereka mengenakan biaya 25 persen, pada akhirnya orang yang akan membayarnya adalah orang Amerika,” kata Johari.

Topik
Komentar