Pemilu presiden (pilpres) 2024 masih dua tahun lagi, namun sejumlah tokoh sudah muncul kepermukaan sebagai kandidat bakal calon presiden (capres) 2024.
Meski elektabilitas tokoh sudah menguat belum tentu mereka bisa maju di pilpres 2024 karena secara hitungan hanya PDI Perjuangan yang bisa mengusung sendiri capres-cawapres 2024.
Guru Besar Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Saiful Mujani, mengatakan secara persyaratan yang bisa mencalonkan pasangan capres-cawapres hanya partai politik atau koalisi partai politik hasil Pemilu 2019 yang mendapatkan kursi 20 persen di DPR atau 25 persen suara pemilih nasional.
“Yang memenuhi syarat itu hanya PDIP. Partai-partai lain harus koalisi,” kata Saiful Mujani dalam akun Twitter @saiful_mujani yang dikutip, Minggu (7/11/2021).
Dia menjelaskan, jika semua partai di Senayan menghendaki agar calon presiden dari partai mereka masing-masing maka sudah muncul beberapa nama yang didorong atau mulai terlihat bekerja untuk jadi calon presiden. Mereka antara lain Prabowo (Gerindra), Puan Maharani (PDIP), Airlangga Hartarto (Golkar), Muhaimin Iskandar (PKB), dan Agus Harimurti Yudhoyono (Demokrat).
“Partai-partai lain belum terlihat ketua atau wakil ketuanya yang sudah mulai kerja untuk calon presiden. Karena syarat batas minimal partai untuk bisa mencalonkan sangat tinggi, maka hanya PDIP yang bisa mencalonkan tanpa koalisi. Karena itu, jumlah calon maksimal hanya empat atau tiga,” imbuhnya.
Meski begitu, kata Mujani, yang menjadi pertanyaan saat ini apakah PDIP akan mengusung Puan Maharani sebagai capres mereka di 2024. Namun sejauh ini Puan memang sudah terlihat mulai melakukan sosialisasi masif untuk menjadi capres. Keputusan PDIP ini kemungkinan akan melihat perkembangan dukungan yang diperoleh Puan dalam dua tahun kedepan nanti.
Mujani menjelaskan, tolak ukur yang saat ini menjadi acuan parpol melihat peluang kandidat capres-cawapres adalah hasil survei dari masing-masing tokoh. Namun untuk saat ini nama Puan masih berada jauh dari harapan, karena tokoh dari elit parpol yang masih populer masih diisi oleh Prabowo Subinato dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk posisi teratas.
Sedangkan para tokoh dari elit partai lainnya seperti Puan Maharani, Airlangga Hartarto, dan Muhaimin Iskandar masih jauh di bawah kedua nama Prabowo dan AHY.
“Partai mana yang mau gabung dengan Prabowo atau AHY? Atas dasar bacaan terhadap elite partai, PDIP sudah hampir dipastikan tidak ke AHY. Nasdem kemungkinan tidak ke Prabowo. PDIP dan Nasdem mungkin tak bersama-sama lagi. Nasdem ke AHY? Mungkin. Partai lain? Golkar?,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengakui jika secara teknis PDIP memang bisa mengusung sendiri pasangan capres-cawapres 2024.
Namun figur yang akan diusung masih belum terbaca hingga saat ini. Meskipun dia mengakui di PDIP sendiri ada beberapa nama yang sudah mencuat kepermukaan seperti Puan Maharani dan Ganjar Pranowo.
Arya menilai saat ini dukungan-dukungan yang diberikan oleh masyarakat kepada para figur capres-cawapres masih sebatas perkiraan dan belum bisa dijadikan acuan.
“Saya kira umum belum terlihat pergerakan di masyarakat. Itu kerja-kerja politik relawan, tujuannya itu ingin mendapatkan perhatian dari kandidat, mungkin dia juga dari sisi pendukung,” kata Arya kepada Inilah.com, Minggu (7/11/2021).
Dia juga menduga dukungan-dukungan yang selama ini muncul kepermukaan masih sebatas upaya dari para figur untuk menarik perhatian publik ataupun partai politik.
“Tujuannya bisa mendapatkan perhatian partai, atau itu memang disetting oleh kandidat. Jadi seolah-olah misalnya ada pergerakan dari masyarakat. Untuk saat ini saya belum melihat itu dilakukan secara sukarela oleh masyarakat, jadi kemungkinannya itu tadi,” katanya.