Meskipun ada serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap infrastruktur nuklir Iran, citra satelit menunjukkan bahwa reaktor di Pusat Penelitian dan Teknologi Nuklir Isfahan sengaja dibiarkan utuh. Menurut Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), fasilitas tersebut, yang mencakup tiga reaktor penelitian operasional, tidak mengalami kerusakan.
Mengutip laporan Bloomberg, Senin (23/6/2025), Dewan Gubernur IAEA mengadakan sesi darurat di Wina untuk membahas ulah AS tersebut, dengan menekankan bahwa serangan terhadap reaktor yang beroperasi, bahkan yang berdaya rendah, dapat menjadi preseden yang berbahaya. Meski demikian, inspektur lembaga tersebut juga meminta informasi terbaru dari Iran tentang lokasi cadangan uraniumnya yang diperkaya.
Pejabat AS menyatakan bahwa penilaian kerusakan secara menyeluruh akan memakan waktu, tetapi analisis awal menunjukkan adanya upaya sengaja untuk menghindari penyinaran inti reaktor yang aktif. Empat pejabat senior di Wina mengonfirmasi bahwa reaktor Isfahan tidak menjadi sasaran, dengan alasan risiko terjadinya insiden nuklir.
Pejabat Iran memperingatkan bahwa serangan tersebut telah merusak upaya global untuk mengendalikan proliferasi nuklir. Utusan Iran untuk IAEA, Reza Najafi, menyatakan bahwa serangan tersebut memberikan ‘pukulan yang tidak dapat diperbaiki’ terhadap Perjanjian Non-Proliferasi (NPT), dan menyebut kerangkanya tidak efektif. Sebagai balasan, Iran meluncurkan rudal ke pangkalan udara AS di Qatar.
IAEA menyoroti bahwa lokasi yang diserang AS mengandung uranium yang diperkaya, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang kontaminasi radioaktif dan kimia lokal. Direktur Jenderal Rafael Mariano Grossi memperingatkan bahwa serangan langsung terhadap satu-satunya reaktor daya Iran di Bushehr dapat menyebabkan pelepasan radioaktif yang parah.
Meskipun reaktor Isfahan tidak rusak, Bloomberg menyebutkan bahwa serangan itu menargetkan bangunan-bangunan di dekatnya, yang mungkin digunakan oleh personel nuklir. Analis menduga bangunan-bangunan ini berfungsi sebagai pendukung operasional.
Serangan yang dilakukan dengan pesawat pengebom siluman B-2 dengan menggunakan GBU-57 Massive Ordnance Penetrators juga menghantam fasilitas pengayaan uranium Iran di Natanz dan Fordow. Citra satelit menunjukkan pintu masuk terowongan dan kawah yang runtuh di Fordow.
Iran Klaim hanya Kerusakan Kecil pada Situs Nuklirnya
Pihak berwenang Iran menyatakan kemarin bahwa serangan AS tidak menyebabkan kebocoran radiasi atau risiko bagi penduduk sekitar dan mengonfirmasi bahwa integritas struktural situs yang menjadi target tetap utuh.
Pusat Sistem Keselamatan Nuklir Nasional Iran, yang beroperasi di bawah Organisasi Energi Atom Iran, melaporkan bahwa sistem pemantauan tidak mendeteksi adanya kontaminasi radioaktif di fasilitas nuklir Fordow, Natanz, atau Isfahan. Badan tersebut menegaskan bahwa semua sistem beroperasi secara normal dan bahwa situasinya terkendali.
Manan Raeisi, anggota parlemen Iran yang mewakili Qom, provinsi tempat fasilitas Fordow berada, menegaskan bahwa pemeriksaan awal di lokasi serangan mengonfirmasi tidak ada radiasi nuklir. Ia menegaskan bahwa klaim yang dibuat pejabat AS, khususnya Presiden AS Donald Trump, menyesatkan.
“Berdasarkan informasi yang terverifikasi, saya dapat mengatakan bahwa bertentangan dengan klaim palsu Presiden Amerika, fasilitas Fordow tidak mengalami kerusakan yang signifikan. Sebagian besar dampaknya hanya pada permukaan dan mudah diperbaiki,” kata Raeisi.