Thursday, 10 July 2025

Tarif Trump: Gembar-Gembor 90 Hari, Cuma 3 Negara yang Kena!

Tarif Trump: Gembar-Gembor 90 Hari, Cuma 3 Negara yang Kena!

Ikhsan Medium.jpeg

Kamis, 10 Juli 2025 – 03:04 WIB

Ilustrasi Presiden AS Donald  Trump saat menunjukkan grafik tarif pada 2 April 2025. (Foto: Chip Somodevilla/Getty Images)

Ilustrasi Presiden AS Donald Trump saat menunjukkan grafik tarif pada 2 April 2025. (Foto: Chip Somodevilla/Getty Images)

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com

+ Gabung

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memang paling jago ngomong. Berulang kali ia mengeklaim, setiap negara di muka bumi ini antre ingin merundingkan kesepakatan dagang dengan pemerintahannya. Tapi faktanya? Selama jeda 90 hari atas tarif yang luas itu, AS cuma berhasil menuntaskan perjanjian dengan tiga negara saja.

Ingat kan, tanggal 2 April lalu, Trump bikin geger dengan mengumumkan serangkaian tarif timbal balik yang luas? Targetnya jelas: negara-negara yang punya surplus perdagangan signifikan dengan AS. Tarifnya pun edan, mulai dari 10 persen sampai setinggi 50 persen. Langsung saja pasar keuangan global gonjang-ganjing, ketar-ketir bakal pecah perang dagang dunia!

Demi meredakan tensi, Gedung Putih akhirnya mengumumkan jeda 90 hari implementasi tarif. Itu pun cuma buat negara-negara yang tidak melakukan pembalasan.

Tapi, cerita lain terjadi dengan China. Kebuntuan malah memuncak. AS justru memberlakukan tarif tambahan, sehingga total tarif atas barang-barang China melambung jadi 145 persen! Tentu saja Beijing tak tinggal diam, langsung membalas dengan tindakan serupa. Trump boleh bilang ia bisa mencapai “90 kesepakatan dalam 90 hari”, tapi hasilnya? Jauh banget dari ambisi itu.

Baca Juga:  63 Orang Diamankan Usai Judi Kasino Berkedok Lapangan Futsal Digerebek Polda Jabar

Inggris yang Pertama, China Mereda, Vietnam Ikut

Tanggal 7 Mei, Trump dengan bangga mengumumkan kesepakatan dengan apa yang ia sebut sebagai ‘negara yang dihormati’. Belakangan terungkap, Inggris-lah negara pertama yang meneken kesepakatan dagang besar dengan AS itu.

Dalam deal tersebut, AS menurunkan tarif mobil Inggris jadi 10 persen, tapi cuma buat maksimal 100 ribu unit kendaraan. Kuota baja dan aluminium juga masuk, tapi tetap dengan persyaratan tertentu. Nah, tarif dasar 10 persen tetap diberlakukan ya. Sebagai imbalannya, Inggris setuju untuk memborong lebih banyak daging sapi dan etanol dari Amerika. Lumayan lah, ada yang nyangkut.

Perang dagang antara AS dan China sempat mereda setelah negosiasi di Jenewa pada Mei. Keduanya sepakat sementara untuk menurunkan tarif timbal balik. AS menurunkan tarif atas barang-barang China dari 145 persen menjadi 30 persen selama 90 hari. China pun tak mau kalah, memangkas tarif dari 125 persen menjadi 10 persen.

Baca Juga:  Usai Panggil Nadiem, Kejagung Kembali Periksa Fiona di Kasus Chromebook

Perundingan lanjutan di London pada Juni lalu kemudian menetapkan kerangka kerja implementasi kesepakatan Jenewa itu. Pasar pun sedikit bernapas lega, kekhawatiran resesi mereda, dan investor mulai berani ambil risiko.

Kesepakatan ketiga datang dari Vietnam. Pada awal Juli, Trump mengumumkan deal dengan negara di Asia Tenggara itu. Berdasarkan kesepakatan ini, Vietnam setuju mengenakan tarif 20 persen atas ekspornya. Bahkan, produk-produk yang transit melalui Vietnam dari negara lain bakal kena tarif lebih tinggi lagi, 40 persen!

Sebagai gantinya, produk AS bisa masuk pasar Vietnam nyaris tanpa bea masuk. Vietnam sendiri sebelumnya sudah kena tarif timbal balik 46 persen sejak 2 April.

Jadi, dari gembar-gembor 90 kesepakatan dalam 90 hari, Trump cuma bisa merangkul Inggris, meredakan China (sementara), dan mengikat Vietnam. Ambisi besar, hasil mini. Begitulah dinamika dagang ala Trump.
 

Topik
Komentar