Wednesday, 03 July 2024

Tak Ada Efek Samping Vaksin Astrazeneca di RI, Tetap Waspadai Gejala TTS Ini

Tak Ada Efek Samping Vaksin Astrazeneca di RI, Tetap Waspadai Gejala TTS Ini


Kasus vaksin buatan AstraZeneca yang dapat menyebabkan Trombosis dengan Sindrom Trombositopenia (TTS) memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat. Di Indonesia kabarnya tidak ada kejadian TTS setelah pemakaian vaksin COVID-19 ini. Namun masyarakat tetap harus waspada terkait gejala TTS ini?

Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (Komnas PP KIPI) Hinky Hindra Irawan Satari mengatakan, tidak ada kejadian sindrom trombosis dengan trombositopenia atau thrombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) setelah pemakaian Vaksin Covid-19 AstraZeneca di Indonesia. 

Dia menyatakan hal itu berdasarkan surveilans aktif dan pasif yang sampai saat ini masih dilakukan oleh Komnas KIPI. “Keamanan dan manfaat sebuah vaksin sudah melalui berbagai tahapan uji klinis, tahap 1, 2, 3 dan 4 termasuk vaksin COVID-19 yang melibatkan jutaan orang, sampai dikeluarkannya izin edar. Pemantauan keamanan vaksin masih terus dilakukan setelah vaksin beredar,” katanya dalam siaran pers, Jumat (3/5/2024). 

“Pengamatan dilakukan Maret 2021 sampai Juli 2022. Kami lanjutkan beberapa bulan untuk memenuhi kebutuhan jumlah sampel guna menyatakan ada atau tidak ada keterkaitan. Sampai kami perpanjang juga tidak ada TTS pada AstraZeneca,” ucapnya. Pengamatan atau survei telah dilakukan di 14 rumah sakit di 7 provinsi di Indonesia yang memenuhi kriteria selama lebih dari setahun.

Berdasarkan survei tersebut, dia melaporkan pada saat itu bahwa tidak ada kasus TTS terkait vaksin COVID-19 di Indonesia. Menurut data, ada sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca. 

Sebelumnya, AstraZeneca dalam sebuah pengakuan yang diberikan melalui dokumen hukum kepada Pengadilan Tinggi London, menyatakan bahwa vaksin COVID-19 buatannya dapat menyebabkan efek samping TTS meskipun dalam kasus yang sangat jarang. 

Baca Juga:  Hari Ini, Gunung Semeru Alami Erupsi 5 Kali

Orang pertama yang mengeklaim mengalami efek samping dari vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott, seorang ayah beranak dua. Jamie Scott mengalami pembekuan darah yang berujung pada kerusakan otak. Kondisi ini membuat Scott tidak bisa bekerja setelah divaksinasi pada April 2021.

Apa itu TTS dan Apa Saja gejalanya?

Penting untuk memahami risiko sebenarnya yang terkait dengan efek samping ini. TTS adalah kondisi kesehatan parah yang terkait dengan vaksin vektor adenovirus. TTS menyebabkan rendahnya jumlah trombosit (trombositopenia) dan pembentukan bekuan darah (trombosis) di dalam tubuh. 

Gejala TTS antara lain sesak napas, nyeri dada, kaki bengkak, sakit kepala parah dan terus menerus, sakit perut, dan mudah memar. Sebagian besar kasus TTS dilaporkan dalam beberapa minggu setelah vaksinasi. Oleh karena itu, tetap waspada dan berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami gejala TTS.

AstraZeneca telah mengakui adanya hubungan antara vaksin COVID-19 buatannya, AZD1222, dan TTS. Perusahaan menyebutkan dalam dokumen hukumnya bahwa meskipun ada kemungkinan terjadinya TTS namun hal ini jarang terjadi. Penting untuk dipahami bahwa tidak semua orang yang menerima vaksin COVID-19 AstraZeneca akan terkena dampak TTS.

Selebaran vaksin WHO, yang baru diperbarui pada tahun 2022, menyebutkan segala hal tentang Vaxzevria, (vaksin AstraZeneca COVID). WHO juga menyebutkan tentang “Kasus penggumpalan darah dengan kadar trombosit darah rendah yang sangat jarang terjadi setelah vaksinasi dengan Vaxzevria. Mayoritas kasus ini terjadi dalam 21 hari pertama setelah vaksinasi dan beberapa kasus berakibat fatal.”

​Seberapa Besar Risiko Terkena TTS?

Setelah dosis awal vaksin AstraZeneca, perkiraan risiko pengembangan TTS adalah 2,6 per 100.000 orang, dengan hasil yang lebih parah terlihat pada mereka yang berusia di bawah 60 tahun. Ada penurunan signifikan kemungkinan mengalami TTS setelah dosis kedua, menurut Pusat Pendidikan Vaksin Melbourne.

Baca Juga:  Netanyahu Takut Ditangkap ICC jika Singgah di Negara Ketiga Saat Menuju AS

AstraZeneca mengembangkan vaksin COVID-19 bekerja sama dengan Universitas Oxford. Vaksin AstraZeneca dikategorikan sebagai vaksin vektor adenovirus dan telah menunjukkan perlindungan 60–80% terhadap infeksi COVID-19 dalam uji klinis.

Perlu dicatat juga bahwa TTS juga terkait dengan vaksin COVID-19 lainnya. Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson, bernama Janssen, juga dikaitkan dengan kondisi ini. Menurut laporan tahun 2023 oleh ahli hematologi Yale Medicine Robert Bona, MD, TTS biasanya terjadi pada individu yang terbaring di tempat tidur, dirawat di rumah sakit, atau memiliki masalah medis lain terkait peradangan, infeksi, atau kanker

Hinky Hindra Irawan menambahkan, masyarakat masih bisa melaporkan kejadian ikutan pasca-imunisasi atau KIPI kepada Komnas KIPI melalui puskesmas terdekat. Dia menjelaskan bahwa namanya trombosis, pembuluh darah membeku, dan kalau terjadi di otak muncul gejala pusing, mual di saluran cerna serta kaki pegal.

Kalau jumlah trombositnya menurun, ada perdarahan, biru-biru di tempat suntikan biasanya terjadi 4-42 hari setelah vaksin. Kalau sekarang terjadi, kemungkinan besar terjadi karena penyebab lain, bukan karena vaksin. “Datang saja ke Puskesmas, saat ini sudah terlatih, akan melakukan investigasi, anamnesis, dan rujukan ke rumah sakit untuk akhirnya dikaji Pokja KIPI dan dikeluarkan rekomendasi berdasarkan bukti yang ada.”